Kitab Seks pasangan suami istri (pasutri) Assikalaibeneng memberikan pedoman agar tetap terlihat awet muda. Cara itu dipraktekkan setelah pasangan suami istri sudah selesai ML (making love) alias berhubungan badan.

Suami mengambil air mani yang terdapat dalam liang farji lalu membasuhkan ke beberapa titik di tubuh istri, terutama bagian wajah. Perlakuan serupa juga dilakukan suami kepada dirinya sendiri dengan tujuan serupa, yakni agar tubuhnya tetap bugar dan tampak awet muda.

Tata cara membasuhkan air mani pada tubuh yakni:

Mengambil air mani di liang farji yang sudah bercampur cairan perempuan. Kemudian, letakkan air mani itu di telapak tangan. Selanjutnya, air mani dicampur dengan air liur dari langit-langit suami (sumur Qalkautsar).

Sebelum mengusap mani tersebut ke tubuh istri, suami terlebih dahulu membaca doa berlafal Bugis sebagai berikut:

Waddu Waddi Mani Manikang
Mani riparewe
Tajang mapparewe
Tajang ripareweki
Natongko’ ulettepu
Nasalipuriwi caiyyana nurung Muhamma
Enre’ko muaccayya ri rupanna

Fatima Muasse ri tubunna, muallebbang atinna murade’ ri nyawana napakeo, temmate temmatowa malolopulana. Kumpayakung

Artinya:

Waddu Waddi Manikang
Mani dikembalikan
Cahaya yang kembali 
Cahaya pula tujuannya
Terbungkus bulan purnama
Diselimuti cahaya Nur Muhammad
Naiklah bercahaya di wajahnya

Fatimah melekat di tubuhnya, menyebar di hatinya, menatap di nyawanya, memakaimu agar kekal dan tak termakan usia, menjadi awet muda. Kunfayakun. 

Kitab seks pasutri Assikalaibeneng merupakan literatur seks yang memberi tuntunan kepada pasutri dalam melakukan hubungan intim. Assikalaibeneng ini mengajarkan moralitas dan etika seksualitas hubungan suami-istri yang ideal menurut prinsip Islam.

Kitab ini merupakan pustaka penuntun tata cara berhubungan intim sebagaimana yang dipraktikkan oleh Sayidina Ali dan Fatimah. (one/bersambung)

Sumber: Assikalaibeneng